Selasa, 25 November 2014

Suka Duka Seorang Pemimpin

Jika Setiap jiwa adalah pemimpin. Maka sebagai pemimpin seharusnya kita juga merasakan hal yang sama.

Begitulah, Pemimpin adalah suatu kata yang simple namun mengandung arti jabatan yang selalu diminati dan direbutkan oleh sekian banyak orang. Orang berebut, saling adu, saling singung demi menjadi yang satu ini. Tak khayal dimanapun ada kursi kepemimpinan disanalah ada kekuasaan.


Tujuan perubahan lebih baik adalah visi utama diperlukannya pemimpin. Di keluarga, di organisasi, bahkan di negara butuh pemimpin. Pemimpin adalah trend setter yang selalu di depan. Ia menciptakan image ganda sebagai seorang 'hero' namun juga 'penjahat'.

Pemimpin yang menampakkan kebaikan, walau salah namun bersahabat dan berpihak pada rakyat atau anggotanya ia akan tampak sebagai 'pahlawan'. Namun pemimpin yang tegas, bengis, walau benar namun tidak bersahabat akan menjadi 'penjahat'

Di balik sebuah kepemimpinan, ada duka yang tergores lembut namun menyakitkan. Sebab Pemimpin selalu dinilai dari kesenangan anggotanya. Walau terkadang penilaian itu terlalu berlebihan. Ukuran nilai kepemimpinan bukan lagi pada perubahan sebagaimana mestinya. Ia di ukur oleh kepuasan dan pemenuhan kebutuhan para anggotanya. Jika ia tidak sesuai kemauan kelompok ia mudah menjadi musuh bersama.

Betapa banyak nilai yang diberikan pada pengorbanan seorang pemimpin dibandingkan nilai kesalahan yang didapatnya. satu kesalahan yang biasa saja bisa jadi kekecewaan bahkan hujatan yang bertubi-tubi.

Begitulah, pemimpin ibarat permainan anggotanya. Ia memang berkuasa memimpin. Tapi ia tak kuasa terhadap kesalahan yang akan dideritanya sampai akhir hayatnya.

Semua berlindung padanya ketika masih berkuasa namun Orang yang kecewa akan bersorak ria ketika kejatuhanya. Orang akan beralibi buruk paska kepemimpinanya. Semua berani menghujatnya. Terasa kebencian itu muncul setelah kejatuhanya. Sebab mereka telah punya pemimpin baru.

Nilai jerih payahnya tak sebanding nilai kesalahanya. Itulah nasib seorang pemimpin. Ia menangung resiko. Seakan ia harus menjadi malaikat tanpa salah. 
 
Oleh Puput Wahyudi Zen P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar