Sesungguhnya Nabi saw, bersabda: “Perbuatan-perbuatan baik bisa
menjaga serangan keburukan, dan sesungguhnya sedekah rahasia itu bisa meniup
api amarah Tuhan, dan sebgenarnya sillaturrahim itu menambah usia dan menghapus
kemiskinan.” (Hr Thabrani) Dalam hadits yang mulia ini ada pelajaran aklaq
mulia, dimana kaum arifin membubung menuju Rabbnya. Sebab asas dari ma’rifat
adalah Makarimul Akhlaq (semulia-mulianya akhlaq), sedangkan akhlaq buruk,
adalah – na’udzubillah – adalah wujud terhijabnya rahasia batin dari Allah
Ta’ala.
Anak-anakku sekalian. Diantara musibah rahasia batin terbesar
adalah terhijabnya kita dari Allah swt. Maka siapa pun yang mendapatkan musibah
seperti, pada dasaranya ia telah menggabungkan musibah-musibah lainnya. Sang
pecinta itu senantiasa mabuk Ilahi, sang pemabuk tak akan merasakan derita
musibah ketiba mabuk , baru disaat sadar merasakan deritanya. Musibah terhijab
dari Allah swt tak bisa diganti atas kehilangannya selamanya, kecuali dengan
menepiskan segala hal selain Allah swt, dari rahasia batin kita. Tak ada
ancaman lebih serius di dalam Al-Qur’an dibanding ayat ini: “Sekali-kali tidak,
sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan
mereka.” Betapa banyak orang yang taat tetapi terhijab dari Yang Ditaati (Allah
swt.). Betapa banyak orang yang dapat nikmat tapi terhijab dari Sang Pemberi
nikmat.
Betapa banyak orang yang tidur, diberi rizki kesadaran bangun ketika ia sedang tertidur. Betapa banyak orang yang sadar tertidur justru setelah ia bangun. Betapa banyak orang yang pendosa, justru diberi rizki kewalian dan meraih derajat Abrar. Betapa banyak orang zuhud yang gugur dari wilayahnya, dan menempuh jalan pendosa.
Betapa banyak orang yang tidur, diberi rizki kesadaran bangun ketika ia sedang tertidur. Betapa banyak orang yang sadar tertidur justru setelah ia bangun. Betapa banyak orang yang pendosa, justru diberi rizki kewalian dan meraih derajat Abrar. Betapa banyak orang zuhud yang gugur dari wilayahnya, dan menempuh jalan pendosa.
Hijab Itu Siksa Jauh Dari Allah SWT Betapa banyak ahli amal yang terhijab gara-gara melihat amalnya, jauh dari memandang anugerah Allah swt, hingga matahatinya buta, lalu ia terlempar jauh, sementara ia menduga dirinya telah sampai (wushul) kepada Allah swt. Dan tidak ada yang lebih mengerikan dimata orang arif disbanding hijab itu sendiri, walau sekejab mata. Padahal siksa Allah swt, terbesar pada hamba adalah Hijab dan Terjauhkan dariNya. Salah seorang hamba Allah swt, dikisahkan sedang bermunajat: “Oh, Tuhanku, sampaikan kapan aku maksiat kepadaMu, sedangkan Engkau tak pernah menyiksaku?”. Kemudian Allah swt, menurunkan wahyu kepada sorang Nabi di kala itu, “Katakan kepadanya: “Sampai kapankah Aku menyiksamu, sedangkan kamu tidak mengerti? Bukankah engkau telah Aku tutup dari kelembutan-kelembutan kebahagiaanKu? Bukankah Aku telah mengeluarklan kemanisan munajat kepadaKu dari hatimu?!” Abu Musa ra, pelayan Abu Yazid ra, mengatakan, “Suatu hari Syeikh abu Yazid memasuki suatu kota, kemudian massa banyak datang berjubal mengikutinya. Ketika abu yazid melihat mereka dan berjubalnya mereka, beliau mengatakan. “Ya Allah aku mohon perlindungan kepadaMu dari terhijab padaMu karena mereka. Dan aku mohon perlindungan kepadaMu dari hijabMu atas mereka, karena gara-gara aku.” Semoga Allah merahmatinya, betapa banyak kesadaran itu, dan betapa benarnya Abu Yazid dengan Tuhannya, betapa besarnya kasih saying Abu Yazid pada sahabat-sahabatnya kaum muslimin.Ia menginginkan kebajikan dan pandangan yang benar bagi mereka, sebagaimana pada dirinya.
Ingatlah! Hai orang yang bergaul dengan massa, dan massa yang
fanatik kepada anda. Hati-hati! Betapa banyak ketukan-ketukan sandal di sekitar
tokoh sirna dari kepalanya? Betapa banyak hilang agamanya? Ya Allah selamatkan,
Ya Allah selamatkan! Manusia terbagi menjadi empat golongan:
1. Ada orang yang yang
hatinya memandang tajam, dengan pandangan cahaya yaqin atas rahasia ciptaanNya
dan keparipurnaan KuasaNya.
2. Ada orang yang yang akalnya tajam, memandang dengan cahaya
kecerdasannya pada janji dan ancamanNya.
3. Ada orang yang rahasia batinnya (sirr) tajam, memandang setiap
saat dengan cahaya ma’rifat kepada Allah swt.
4. Ada orang yang dijadikan oleh Allah swt, tertutup, tidak sama
sekali bisa memandang, dan inilah yang disebut dalam ayat: “Dan siapa yang buta
mata hatinya di dunia ini, maka di akhirat lebih buta dan lebih sesat
jalannya.”
Ingatlah: • Orang kafir itu tertutup dari cahaya hidayah oleh
kegelapan sesat. • Ahli maksiat tertutup dari cahaya taqwa oleh kegelapan alpa.
• Ahli ibadah tertutup dari cahaya taufiq dan pertolongan Allah Ta’ala oleh
kegelapan memandang ibadahnya. Bila Allah swt, menghailangkan hijab-hijab ini,
mereka akan memandang dengan mata cahaya menuju cahaya, maka pada saat itulah
mereka terhijab dari segala hal selain Allah swt. Siapa yang memandang pada
gerak dan perbuatannya ketika taat kepada Allah ta’ala, pada saat yang sama ia
telah terhijab dari Sang Empunya Gerak dan Perbuatan, dan ia jadi merugi besar.
Siapa yang memandang Sang Empunya Gerak dan Tindakan, ia akan terhijab dari
memandang gerak dan perbuatannya sendiri, sebab ketika ia melihat kelemahannya
dalam mewujudkan tindakan dan menyempurnakannya, ia telah tenggelam dalam
anugerahNya.
Terkadang seseorang terhijab
dari manisnya ibadah, melalui memandang ibadahnya. Terkadang seseorang terhijab
dari kebenaran kehendak, karena memandang manisnya ekstase. Terkadang seseorang
terhijab dari memandang Allah swt, Sang Pemberi anugerah, karena memandang
anugerah itu sendiri.
An-Nasaj ra, mengatakan: -
Siapa yang memandang dirinya dalam ibadahnya, berarti tidak bisa bersih dari
ujub! - Siapa yang mermandang makhluk, ia tak akan bersih dari riya’! - Siapa
yang memandang taatnya, tak akan bersih dari tipudaya! - Siapa yang memandang
pahala tak akan pernah bersih dari hijab! - Siapa yang memandang Rabb Ta’ala,
maka itulah berada dalam posisi yang benar di sisi Tuhan Diraja Yang Kuasa.”
Abu Bakr bin Abdullah ra mengatakan, “Siapa yang sibuk dengan
nuansa hikmah dan rahasia-rahasianya, maka ia akan terhijab dari hakikatnya.
Dan aku tak pernah diperlihatkan maksiat yang lebih bahaya ketimbang melupakan
Allah swt. dan penggantungan hati pada selain Allah swt.” “Setiap hasrat dan
dzikir pada selain Allah Ta’ala adalah hijab antara dirimu dengan Allah swt.”
Dalam hadits disebutkan: “Betapa banyak kebajikan yang dilakukan
seseorang yang tak ada keburukan baginya, justru lebih berbahaya padanya
disbanding keburukan itu sendiri. Dan betapa banyak keburukan yang dilakukan
seseorang yang tak ada kebajikan padanya, justru lebih bermanfaat padanya
dibanding kebajikan itu sendiri.” Maksudnya: “Kebajikan itu sebenarnya terpuji,
dan keburukan itu tercela.
Namun sepanjang seorang hamba dalam berbuat kebajikan masih melihat
kebajikannya, maka ia berada di medan pamer dan kebanggaan. Dan sepanjang hamba
dalam keburukan, namun ia masih melihat keburukan itu, berarti ia berada di
medan remuk redam dirinya dan merasa sangat butuh padaNya. Padahal kondisi
hamba dalam situasi sangat butuh pada Allah itu lebih baik.”
Abu Bakr as-Shiddiq ra
mengatakan, “ Ya Allah aku mohon berlindungan padaMu dari syirik tersembunyi.”
Sedangkan Rabi’ah ra, menegaskan, “Dunia telah menutupi penghuninya dari Allah
swt. Seandainya mereka meninggalkannya pastilah tampak di alam malakutnya, lalu
ia kembali dengan sariguna yang berfaedah.” Sayyid Manshur ar-Rabbany ra,
menegaskan, “Dengan apa sang hamba dikenal bahwa ia tidak terhijab dari
Tuhannya?”. Ia menjawab, “Jika ia mencariNya dan ia tidak menuntut apa pun
dariNya. Hamba menghendakiNya dan ia tidak berkehendak sesuatu dariNya. Dan Dia
tidak memilih, karena menyerahkan pilihan padaNya, walau pun dipilihkan neraka
oleh Allah swt. padanya.”
“Setiap orang yang di dalam hatinya tidak ada penetrasi Kharisma
Ilahi, tidak ada cahaya cinta padaNya, tidak ada kemesraan kebersamaan
denganNya, maka ia terhijab.” Tandasnya. Katanya pula: * Cukuplah buatmu
ma’rifat itu, manakala engkau tahu bahwa Allah swt memandangmu. Dan cukuplah
ibadah itu, bila Allah swt itu tidak butuh padamu. * Cukuplah cinta itu bagimu,
jika engkau tahu bahwa CintaNya mendahului cintamu padaNya. * Cukuplah dzikir bagimu,
bahwa DzikirNya mendahului dzikirmu. * Hati ketika dilanda Kharisma Ilahi,
segala hal berbau syahwat sirna. * Ketika hati di hamparan ma’rifat, segala hal
kealpaan sirna. * Hati ketika didudukkan pada tempat Ketunggalan dengan Tunggal
bagi Yang Tunggal, itulah tempat duduk yang benar.
dikutip dari Nasehat Syeikh Ahmad ar-Rifa'y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar