Selasa, 16 Juni 2015

Dari Gerakan ke Negara - Anis Mata

Penerbit: Fitrah Rabbani
Penulis: M. Anis Matta



        Buku ini secara garis besar berbicara tentang Negara. Dalam hal ini beliau menjadikan negara Madinah sebagai tolak ukur. Sebagai Negara yang mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan secara bersamaan. 
        Hijrah, dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW adalah sebuah metamorfosis dari “gerakan” menjadi negara. Tiga belas tahun sebelum itu, Rasulullah SAW melakukan penetrasi sosial yang sangat sistematis, di mana Islam menjadi jalan hidup individu; di mana Islam “memanusia” dan kemudian “memasyarakat”.
       Sekarang, melalui hijrah, masyarakat itu bergerak menuju negara. Melalui hijrah, gerakan dakwah Rasulullah itu bertransformasi menjadi Negara”, dan Madinah adalah wilayah teritorialnya.
        Buku “Dari Gerakan Ke Negara”, beliau memaparkan bahwa; 

jika individu membutuhkan aqidah maka negara membutuhkan perangkat sistem. Setelah masyarakat Muslim membangun sebuah negara, dan mereka memilih Madinah sebagai wilayahnya, Allah SWT menurunkan perangkat sistem yang mereka butuhkan. Turunlah ayat-ayat hukum dan berbagai kode etik sosial, ekonomi, politik, keamanan dan lain-lain. Lengkaplah sudah susunan kandungan sebuah negara: manusia, tanah, dan sistem.
        Dalam buku ini, Anis Mata mengemukakan komponen pembangun sebuah negara.  Sebagai sebuah bangunan, negara membutuhkan dua bahan dasar: manusia dan sistem. Manusialah yang akan mengisi suprastruktur. Sedangkan sistem adalah perangkat lunak, sesuatu dengan apa negara bekerja.
        
        Islam dalam hal ini adalah sistem itu. Manusia adalah sesuatu yang dikelola dan dibelajarkan sedemikian rupa hingga sistem terbangun dalam dirinya, sebelum kemudian mengoperasikan negara dalam sistem tersebut. Dan Rasulullah SAW memilih manusia-manusia terbaik yang akan mengoperasikan negara itu. Sehingga terwujudlah Negara Madinah yang aman dan sejahtera.
        Selain kedua bahan dasar negara itu, juga perlu ada bahan pendukung lainnya. Pertama, tanah. Tidak ada negara tanpa tanah. Tapi, dalam Islam, hal tersebut merupakan infrastruktur pendukung yang bersifat sekunder sebab tanah merupakan benda netral, yang akan mempunyai makna ketika benda tersebut dihuni oleh manusia dengan cara hidup tertentu. Selain berfungsi sebagai ruang hidup, tanah juga merupakan tempat 

         Allah menitip sebagian kekayaan-Nya yang menjadi sumber daya kehidupan manusia.
Kemudian, jaringan sosial. Manusia sebagai individu hanya mempunyai efektifitas ketika ia terhubung dengan individu lainnya secara fungsional dalam suatu arah yang sama. Juga menurut beliau; perangkat utama yang diperlukan untuk menegakkan negara; sistem, manusia, tanah, dan jaringan sosial. Ketika unsur utama itu kita masukkan unsur ilmu pengetahuan dan unsur kepemimpinan maka keempat unsur utama tersebut akan bersinergi dan tumbuh secara lebih cepat.
          Lima tahun pertama setelah hijrah kehidupan dipenuhi oleh kerja keras Rasulullah SAW beserta para shahabat beliau untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup negara Madinah. Dalam kurun waktu itu, Rasulullah SAW telah melakukan lebih dari 40 kali peperangan dalam berbagai skala. Yang terbesar dari semua peperangan itu adalah perang Khandaq, di mana kaum Muslimin keluar sebagai pemenang. Setelah itu tidak ada lagi yang terjadi di sekitar Madinah karena semua peperangan sudah bersifat ekspansif. Negara Madinah membuktikan kekuatan dan kemandiriannya, eksistensinya, dan kelangsungannya. Di sini, kaum Muslimin telah membuktikan kekuatannya, setelah sebelumnya kaum Muslimin membuktikan kebenarannya.

           Itulah semua yang dilakukan oleh Rasulullah SAW selama tiga belas tahun berdakwah dan membina sahabat-sahabatnya di Makkah; menyiapkan semua perangkat yang diperlukan dalam mendirikan sebuah negara yang kuat.

         Transformasi telah terjadi masa itu. Ketika gerakan dakwah menemui kematangannya, ia menjelma menjadi sebuah negara; ketika semua persyaratan dari sebuah negara kuat telah terpenuhi, negara itu tegak di atas bumi, tidak peduli di belahan bumi manapun ia tegak. Proses ini sekaligus mengajari kita dua hakikat besar: pertama, tentang hakikat dan tujuan dakwah serta strategi perubahan sosial. Kedua, tentang hakikat negara dan fungsinya.

          Buku ini sepatutnya menjadi nutrisi pemikiran, hati, dan jiwa setiap orang yang mencita-citakan hadirnya kembali Negara Madinah di era masa kini.

Oleh Rahmad Al-Fatih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar